Rabu 04 Januari 2012, kami berkunjung ke Museum Geologi di Bandung. Museum ini merupakan museum dengan koleksi geologika yang termasuk juga fosil, selain batuan dan mineral. Koleksi bagian sejarah alamnya hampir lengkap dan beberapa bahkan hanya dapat ditemukan, katanya, di museum ini. Ada ratusan ribu batuan dan puluhan ribu fosil purba, sebagian dipajang dengan rapi dan informatif.
________________________________________
Berikut ulasan mengenai museum geologi Bandung, kekurangan dan kelebihannya. Ulasan ini hanya saya fokuskan pada daerah sejarah alam karena saya lebih mengetahui daerah ini dibandingkan daerah batuan dan mineral. Bagian atas museum sedang diperluas sehingga kami tidak dapat naik ke atas.
Kelebihan Museum Geologi
Di bagian sejarah alam, seperti museum-museum sejarah alam umumnya, terdapat rentetan fosil dari pertama terbentuknya Bumi hingga masa modern. Gambaran evolusi kehidupan sangat akurat. Display di tata secara historis. Begitu anda masuk, anda akan diajak ke awal pembentukan Bumi, terus ke ujung barulah anda akan tiba di daerah evolusi manusia. Koleksi fosil di daerah awal pembentukan Bumi juga cukup lengkap. Fosil tertua tampaknya adalah stromatolit yang berusia 3,5 miliar tahun.
Beberapa fosil tertua di dunia yang usianya sekitar 1 miliar tahun atau lebih dapat ditemukan: Collenia sylindrica, Xystridura saint, Ellipsocephalus hoffi, Phycodes circinnatus, Pentacrinites subangularis, Halysites sp, Monograptus bohemicus, Spongophylum thezaslen, Tryplasma lansdalei, dan lain-lain.
Replika Kerangka T-Rex di Ruang Sejarah Alam Museum Geologi Bandung
Karena Indonesia di masa dinosaurus masih berada di bawah air, dapat diduga kalau fosil-fosil hewan dinosaurus darat tidak dapat atau nyaris tidak ditemukan. Mayoritas fosil dinosaurus berasal dari luar negeri. Satu fosil dari Indonesia adalah dinosaurus air, Ichtyosaurus, dari Pulau Seram.
Seperti halnya negara vulkanis, ada banyak sekali fosil kayu berusia antara 5 hingga 10 juta tahun, dipoles dengan indah. Fosil-fosil kayu besar semacam ini dapat ditemukan pula di wilayah lereng-lereng gunung berapi di Jawa karena mudahnya kayu memfosil pada daerah vulkanis. Fosil lain yang melimpah di museum ini adalah fosil khas wilayah minyak bumi seperti fosil-fosil foraminifera, molluska, dan hewan lunak lainnya.
Di bagian manusia purba, terdapat banyak sekali fosil asli Indonesia. Ruang khusus ini memajang berbagai replika fosil manusia purba di dunia dan fosil manusia purba seperti Homo erectus yang dikenal di dunia dengan sebutan Java Man, baik yang ditemukan di Trinil, Sangiran, Sambungmacan, maupun di berbagai lokasi di sepanjang aliran Bengawan Solo.
Menariknya, foto Tukimin, seorang penemu tengkorak juga diletakkan di meja pajang. Sejarah penemuan fosil juga dibeberkan dengan jelas dan dinisbahkan pada Tukimin, bukan pada profesor ini itu. Sebuah penghargaan yang sangat baik saya rasa. Jika anda menemukan fosil manusia purba, mungkin foto anda akan dipajang disamping fosilnya.
Dua kelompok fosil yang relatif unik untuk wilayah Indonesia adalah fosil manusia purba dan mamalia purba. Fosil manusia purba mungkin sudah cukup terkenal dari buku sejarah SMP anda. Sayangnya, tidak ada fosil Homo floresiensis, mungkin karena fosil ini masih langka dan belum pula ada replikanya.
Pengalaman mengenai manusia purba tidak lengkap rasanya bila tidak mengetahui bagaimana mereka hidup dan seperti apa alam dimana mereka hidup. Dan satu lagi kelebihan museum ini, ada display besar, yang terbesar malah, mengenai hewan besar (bukan hanya mamalia tapi ada juga reptilia) yang hidup semasa dengan manusia purba. Fosil-fosil fauna ini memang aslinya ditemukan di daerah dekat penemuan fosil manusia purba. Menariknya, menurut DR. Yun Yunus Kusumabrata, fosil-fosil vertebrata di museum ini unik dari Indonesia. Berikut ulasan lebih mendalam pada koleksi vertebrata dari Indonesia di Museum Geologi Bandung.
Lokasi Fosil-fosil Mamalia Purba di Museum Geologi Bandung
Fosil Vertebrata Indonesia
Sinomastodon bumiayuensis
Gajah purba berumur 1,2 hingga 1,5 juta tahun lalu yang bentuk badannya kecil dan gading lurus.
Stegodon trigonocephalus
Gajah yang hidup sekitar 1 hingga 1,2 juta tahun lalu, dengan ukuran relatif besar dan gadingnya melengkung. Ada dua subspesies gajah ini yaitu florensis dan martin. Martin berasal dari Jawa dan florensis dari Flores. Subsepsies Martin ditemukan di Cisaat, Jawa Barat. Subspesies dari Flores merupakan fosil vertebrata Pleistosen pertama ditemukan di Flores. Ia ditemukan oleh Raja Nagekeo, Josef Dapangole di Ola Bula, kabupaten Ngada, pada bulan Desember 1956. Temuan ini dilaporkan pada Dr. Th. Verhoeven, seorang pendeta Belanda di Mataloko. Setelah penggalian lebih lanjut dan dibawa ke Leiden, fosil kemudian diklasifikasi sebagai fosil Stegodon trigonocephalus florensis. Penggalian lebih lanjut oleh ilmuan Indonesia menemukan fosil Stegodon lebih banyak lagi ditambah fosil-fosil lainnya seperti fosil pengerat, Hooijeromys nusatenggara.
Elephus hysudrindicus
Fauna Jetis (Kedungbrubus) yang hidup sekitar 800 ribu tahun lalu, dengan bentuk badan besar dan gading melengkung. Masih diperdebatkan apakah spesies ini berasal dari Asia atau asli Jawa.
Elephus maximus
Kelompok gajah yang masih ada saat ini. Umumnya hidup di benua, kecuali gajah Srilanka dan Sumatera. Gajah Jawa yang baru ditemukan di Sabah, Kalimantan, juga merupakan jenis gajah modern yang ditemukan masih hidup di daerah pulau.
Rhinoceros Sondaicus
Badak Sunda, ditemukan di Trinil dan Kedungbrubus. Berkerabat dengan Badak Jawa, Rhinoceros kendengindicus dari Trinil. Memiliki tiga varian yaitu annamiticus, guthi, dan sondaicus. Berasal dari Indochina.
Hippopotamus Simplex
Kuda Nil purba. Berasal dari Jawa.
Bubalus Palaeokerabau
Kerbau purba. Ditemukan di Kedungbrubus.
Geochelone Atlasi
Kura-kura raksasa. Fosil ini berasal dari era Pleistosen dan ditemukan di Jawa, Sulawesi, Raebia (Atambua, Timor), dan India.
Karapaks Kura-kura Raksasa
Celebochoerus Heekereni
Babi besar dari Sulawesi. Lebih dekat kekerabatannya dengan Phacochoerus dari Afrika daripada dengan babi rusa.
Varanus Komodoensis
Komodo. Hewan ini masih hidup hingga sekarang. Dahulu juga hidup di Pulau Flores dan Atambua, Timor, karena ditemukan fosil-fosilnya disana. Kerabatnya, Varanus bolkayi ditemukan di Trinil dan Kedung Brubus. Hooijer (1973) juga menduga kalau kedua spesies ini sebenarnya sama dan berdistribusi mulai dari Jawa hingga Timor.
Stagodon Sompoensis
Gajah kerdil dari Sulawesi.
Stegodon Soondari
Spesies gajah kerdil lainnya yang diberi nama seorang arkeolog, Soondar.
Elephas celebensis
Gajah kerdil dari Sulawesi. Tengkoraknya dapat dibedakan dari gajah besar karena tidak memiliki cekungan parietal dan adanya reduksi fungsional jaringan tulang pneumatik yang mencirikan gajah kerdil (Palombo, 2001). Walaupun ditemukan di Sulawesi, dan Hooijer sendiri mengatakan gajah ini berasal dari Sulawesi, penelitian lebih lanjut olehnya (1974) menyimpulkan kalau Elephas celebensis berasal dari Jawa dan sama dengan Stegodon hypsilophus dari Jetis.
Fosil Gede Banget
Kritik dan Saran
Mengenai display sudah cukup bagus. Museum punya program ke depan yang baik sehingga masalah koleksi sepertinya lambat laun akan terpenuhi juga. Yang perlu dikritik adalah masalah manajemen. Tentang manajemen, salah satu yang perlu diperbaiki adalah touchscreen. Waktu kami datang adalah hari biasa, bukan hari libur, jadi pengunjung tidak ramai. Ini sebenarnya saat yang tepat untuk memakai strategi intensif. Ketika pengunjung sedikit, setiap pengunjung kemungkinan akan lebih lama melihat-lihat karena ruang geraknya lebih luas. Pengetahuan mereka juga akan lebih mendalam karena memeriksa hingga ke detail. Untuk itu, touchscreen perlu diaktifkan sehingga pengunjung dapat lebih jauh mendalami geologi dan sejarah alam. Dan kemungkinan juga pengunjung akan mempelajari lebih jauh lagi dengan membeli berbagai cenderamata. Jadi, alih-alih menutup toko cenderamata di hari biasa, lebih baik dibuka. Kebetulan kami pengen beli cenderamata tapi tokonya tutup. Hehe.
NB: Sejumlah revisi telah dilakukan setelah mendapat masukan dari antropolog, Julianty Martadiradja.
Referensi
Groves, C.P., Guerin, C. 1980. Le Rhinoceros Sondaicus Annamiticus (Mammalia, Perissodactyla) D’Indochine: Distinction Taxinomique et Anatomique: Relations Phyletiques. Geobios, 13, 2, 199-208
Hooijer, D.A. 1973. Varanus (Reptilia, Sauria) from the Pleistocene of Timor. Zoologische Mededelingen, Vol. 47, No. 34, p.445-449
Hooijer, D.A. 1974. Elephas Celebensis (Hooijer) from the Pleistocene of Java. Zoologische Mededelingen, Vol. 48, No. 11, p.85-93
Hooijer, D.A., Kurten, B. 1984. Trinil and Kedungbrubus: the Pithecanthropus-bearing Fossil Faunas of Java and Their Relative Age. Ann. Zool. Fennici 21:135-141
Meiri, S., Dayan, T., Simberloff, D. 2006. The Generality of the Island Rule Reexamined. Journal of Biogeography, 33, 1571-1577
Metcalfe, I., Smith, J.M.B., Morwood, M., Davidson, I. 2001. Faunal and Floral Migrations and Evolution in SE Asia-Australasia. Exton: A.A. Balkema
Museum Geologi. 2010. Peta Petunjuk. Versi Bahasa Indonesia.
Palombo, M.R. 2001. Paedomorphic features and allometric growth in the skull of Elephas falconeri from Spinagallo (Middle Pleistocene, Sicily). The World of Elephants – International Congress, Rome 2001, p. 492-496
Van den Bergh, G.D., Mubroto, B., Aziz, F., Sondaar, P.Y., de Vos, J. 1996. Did Homo Erectus Reach the Island of Flores? Prehistory Association Bulletin 14, p. Chiang Mai Papers, Vol. 1, p.27-36
MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Pengantar
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya mineral.
• Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
• Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
• Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.
Masa Penjajahan Jepang
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama KOGYO ZIMUSHO. Setahun kemudian, berganti nama menjadi CHISHITSU CHOSACHO.
Selama masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi: PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu bala tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan pada masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan di mana-mana pada awal tahun 1945.
Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiës Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjungpriuk, Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, Bandung, pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst ditempat yang sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dibentuklah 2 seksi dan 1 SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Pergeseran fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi sebagai :
• Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
• Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
• Objek geowisata yang menarik.
[1]== Pembagian Lantai dan Ruangan == Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Lantai I
Terbagi menjadi 3 ruang utama : Ruang orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang :
• Hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya.
• Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif
• Keadaan geologi sumatera,Jawa, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
• Fosil fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunungapi aktif di Indonesia seperti : Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunungapi Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.
Ruang Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitiv pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil Reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8 ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan-purba.
Lantai II
Terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah dan ruang timur
Ruang barat (dipakai oleh staf museum)
Sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
• Ruang 1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia.
• Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
• Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
• Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
• Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longksor, letusas gunungapi dan sebagainya.
• Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunungapian.
• Ruang 7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya tersebut.
By : Suherman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar